Kamis, 18 Maret 2010

Ritual Nalitn Taotn


RITUAL NALITN TAOTN 

Victor Turner (1975) mengajukan tesisnya bahwa simbol proses sosial berdimensi tiga : politik, ritual dan terapeutik, maka dalam Nalitn Taotn ini ketiga dimensi tersebut dapat secara jelas terlihat. 
Nalitn Taotn adalah ritual dalam kategori beliatn, yang berdampak publik-politik, yaitu sebagai public space bagi warga komunitasnya, sekaligus juga sebagai instrumen terapeutik atau penyembuhan. Oleh karena itu, pada hakikatnya ritual Nalitn Taotn bermakna sebagai purifikasi dan rekonsiliasi sosial-budaya dapat ditemukan secara sangat jelas dalam proses upacara ini dari awal hingga puncaknya, yaitu pada pengurbanan hewan korban, seekor kerbau. 
Kerbau yang dibunuh secara sadis oleh manusia di puncak acara ini, tampak bermakna sebagai korban silih atas dosa sosial demi keselamatan atau kesejahteraan sosial manusia yang hidup di dunia ini dan bagi komunitas Leluhur yang hidup di dunia atas, katakanlah di “sorga” sana.
Berdasarkan “kerbau korban” ini, dapat juga dianalisis lebih dalam hingga ke makna teori konflik dari Rene Girad tentang “kambing hitam”. Artinya seluruh hasrat dan agresi kekerasan dan konflik masyarakat di masa lalu hingga saat itu dialihkan ke “kerbau korban”, yang rela mati demi perdamaian di antara kita di dunia ini 
Makna simbolik yang bersifat “terbalik” juga tampak pada “kerbau korban” : di mata kita kerbau korban telah benar-benar mati secara menggenaskan karena ulah “algojo-algojo” manusia, namun makna itu menjadi terbalik, yaitu bermakna kehidupan dan perdamaian di komunitas Leluhur dan komunitas roh-roh pelindung dan penjaga kehidupan orang Rentenukng pada umumnya, dan orang kampung Linggang Melapeh pada khususnya.
Siapakah aktor di balik ritual ini? Jawabnya adalah para pejabat ritual itu sendiri, yang dengan lihainya memanipulasi makna simbolik dalam proses ritual berlangsung dari awal hingga akhir. Politik simbolik ritual secara mulus dipermaikan oleh para pejabat ritual bagaikan sebuah drama sosial yang menakjubkan sekaligus menakutkan. Pejabat ritual (baik perempuan maupun laki) secara lihai merekonsiliasikan emosi religius hingga berbuahkan suasana damai sosial.
Ritual Nalitn Taotn ini juga menampilkan tokoh-tokoh leluhur sebagai sesepuh ilahi, yang berperan sebagai aktor pencipta struktur proses ritual, yang dilegitimasikan melalui mitos-mitos yang dinarasikan di sepanjang waktu ritual 3 x 8 hari.
Ritual Nalitn Taotn ini juga mengandung fenomena “harapan mesianis” (cargo cult), yang berlawanan dengan kondisi sejarah sekarang ini. Pada titik ada protes terhadap kondisi sosial dan sejarah yang bobrok di saat ini, sehingga oleh pejabat ritual di bawa ke masa lampau yang makmur dan jaya, dan kondisi itu akan terulang kembali ke masa depan, berkat upacara Nalitn Taotn ini.
Ritual Nalitn Taont ini juga pada momen-momen tertentu menampilkan sebuah fenomena Karnaval, di mana kondisi ritual seakan-akan melawan struktur sosial yang lazim dan normal. Muncul kondisi liminal, seakan perilaku orang bebas dari struktur sosialnya, dan masuk ke dalam struktur ritual yang bebas, tanpa tekanan dan kontrol sosial apapun juga.
Dengan demikian, ritual ini berfungsi sebagai pencipta sejarah baru, melalui proses purifikasi dan rekonsiliasi sosial-budaya dalam proses ritual ini (bdk. Kelly dan Kaplan, 1990). Nilai-nilai budaya purifikasi dan rekonsiliasi personal dan sosial, baik secara transendental maupun mondial, sungguh merupakan nilai-nilai yang juga diperjuangkan oleh agama-agama besar dunia. 
Dalam konteks pembangunan di masa kini, sudah selayaknya kita terus mengupayakan aktualisasi nilai-nilai badaya asli sebagai strategi kebudayaan daerah kita guna mengendalikan kapitalisme secara global. Kebijakan pembangunan kita harus menggugat dan menuntut adanya perubahan dan perbaikan atas sikap, perilaku serta sistem apapun yang tidak berkebudayaan.
Akhirnya, apapun model dan kebijakan pembangunan yang kita ambil, haruslah menghargai rakyat dan kekayaan tradisi budaya mereka. (***)    
Sumber : Buku Religi dan Mitologi Dayak, CERD-BAPEDA Kutai Barat (2007)
Foto-foto; Nalitn Taotn di Melapeh Lama 

    



   





  













  
 
  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.