Selasa, 14 Desember 2010

KILIP MENIKAHI PUTRI BUNCUUQ

 KILIP MENIKAHI PUTERI BUNCUUQ
Konon dahulu kala hiduplah Amaq Aji  bersama anak-anaknya yang hampir semuanya sudah berumah tangga, kecuali Buncuuq.
Pada suatu hari Amaq Aji berkata kepada isterinya, Delooi, “Anak kita yang bungsu ini tidak akan menikah dengan sembarang pemuda, kecuali pemuda tersebut dapat menjala di halaman rumah lamin kita dan memancing ikan di teras lamin kita itu.”
Berita sayembara itu didengar oleh seorang pemuda yang bernama Lalukng Uleq. Pemuda ini selalu bertelanjang bugil tanpa pakaian, karena ketidakmampuannya membeli pakaian. Pemuda ini pun pemalas. Maka berangkatlah Lalukng Uleq menuju rumah Amaq Aji untuk mengikuti sayembara itu. Dalam perjalanannya, ia singgah di suatu rumah, untuk  meminjam cawat dan singgah lagi di rumah berikutnya untuk meminjam baju, serta singgah di rumah lainnya untuk meminjam slayer dan sarung. Setelah lengkap, maka barulah ia menuju ke rumah Amaq Aji.
Setibanya di rumah Amaq Aji,  ia pun menyampaikan tujuannya, yaitu mau melamar Puteri Buncuuq untuk jadi isterinya. Dengan modal kemampuan yang menjala ikan di halaman rumah dan memancing ikan di teras rumah, maka Amaq Aji sangat gembira mendengar penuturan pemuda tentang kemampuan tersebut dan langsung menerima lamarannya. Maka mulai di hari itu Buncuuq telah mendapatkan suaminya, yaitu Lalukng Uleq  atau manusia ular.
Dari hari menginjak minggu dan bulan menginjak tahun, maka pada suatu hari, suami Buncuuq itu mengajak isterinya itu  pulang ke rumah orang tuanya. Tepat pada hari yang ditentukan, maka berangkatlah Buncuuq dengan suaminya mengunjungi tempat asal Lalukng Uleeq. Dalam perjalanan itu, pertama-tama Lalukng Uleeq tiba di rumah, di mana ia meminjam slayer dan sarung, maka pakaian itu dilepaskannya dari tubuhnya dan dikembalikannya. Demikian juga di rumah di mana ia meminjam baju, maka dilepaskannya bajunya dari badan, lantas dikembalikannya kepada tuan rumah di situ. Akhirnya, tibalah Lalukng Uleeq di rumah di mana ia meminjam cawat, lantas dilepaskan cawatnya dan dikembalikan kepada tuan rumah tersebut. Setelah semua pakaian tersebut dikembalikan kepada pemiliknya, maka kini Lalukng Uleeq kembali bugil dan berjalan dengan tanpa pakaian apa-apa alias telanjang bulat.ular.
Walau diam saja, namun Buncuuq merasakan ada sesuatu yang aneh pada suaminya itu. Dalam perjalanan yang harus melewati hutan belantara tersebut, maka Lalukng Uleeq mengajak Buncuuq, isterinya beristirahat. Pada waktu istirahat itu, Lalukng Uleeq tidak mau duduk langsung di atas tanah, dan ia meminta  Buncuuq duduk dengan menjulur kedua kaki lurus ke depan, dan ia duduk di atas selonjoran kedua kaki isterinya itu. Buncuuq mengikuti saja apa kemauan suaminya itu. Pada awalnya, Lalukng Uleeq duduk tampak masih seperti manusia biasa, tapi lama kelamaan tubuhnya bertambah tinggi hingga mencapai awan.
Lantas Buncuuq meronta-ronta dan menyuruh suaminya segera turun dari pangkuannya, karena badannya sangat berat, namun teriakan dan permintaan tersebut tidak dihiraukan oleh Lalukng Uleq. Keadaan ini membuat Buncuuq merasa kehabisan tenaga, dan bahkan badan Buncuuq sendiri tertanam ke dalam tanah hingga sampai di pinggang. Buncuuq telah tenggelam ke dalam tanah di tempat tersebut. Saat itu keadaan Buncuuq benar-benar kritis, tapi tepat pada saat itu juga Kilip Taman Tauq yang sedang berburu mendengar suara orang yang merintih-rintih dan ia pun segera mendatangi asal suara tersebut dan melihat Buncuuq sudah dalam keadaan yang sangat kritis.
Tanpa banyak tanya lagi, maka Kilip langsung membidikkan sumpitnya  dan melepaskan anak panahnya tepat mengenai di bawah ketiak Lalukng Uleeq, lalu robohlah Lalukng Uleeq ke bumi yang di sertai suara mengerang bagaikan orang yang membuang delapan buah gong.
Setalah itu, maka Buncuuq pun terbebas dan keluar dari dalam tanah dan pulang ke rumahnya yang diantar oleh Kilip sendiri.
Sesampainya di rumah Buncuuq memarahi Bapaknya dengan berkata, “Lain kali kalau mencari jodoh saya, jangan lagi cari yang aneh-aneh, sebab kalau bukan hantu, mana ada manusia biasa yang bisa menjala di pelataran rumah. Orang menjala dan memancing itu pasti di air sungai sana. Bapak tidak tahu penderitaan saya, coba kalau tidak ada Kilip yang menolong saya, maka saya sudah pasti mati oleh ulah Lalukng Uleeq, hantu keparat itu.”
Mendengar penuturan Buncuuq demikian, maka Amaq Aji semakin sadar untuk tidak boleh menjodohkan anaknya itu  secara sembarangan, karena sangat berbahaya.
Akhirnya Amaq Aji menikahkan Puteri Buncuuq dengan Kilip dan kehidupan mereka sangat rukun, damai dan mendapat keturunan yang banyak.