Minggu, 21 Maret 2010

Kisah Penciptaan (2) Manusia- Versi Religi-Mitologi Dayak

Seperti yan telah saya jelaskan pada posting pertama tentang Asal Mula Terciptanya Langit dan Bumi, bahwa; 
Syair/Tempuutn asli adalah hal yang pada prinsipnya tabu untuk diucapkan oleh orang yang belum memenuhi kriteri untuk boleh mengucapkannya. Orang awam boleh mengetahui dan mengucapkannya jika niatnya telah disetujui oleh pemelian. Niat ini bisa dibayar dengan memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemelian.  Pemenuhan persyaratan ini disebut boyeeq. Jika tidak, maka petaka bisa timbul bagi orang yang mengucapkan namun tidak memenuhi persyaratan ini. Petaka itu bisa berupa menjadi gila atau kematian.

Tempuutn Mersiaaq (Manusia)
Langit dan bumi telah selesai dikerjakan, namun tidak ada menghuni atau orang yang mendiaminya. Untuk memelihara dan tinggal di bumi ini maka Ayus Junyukng mengambil sisa langit tanah membuat patung lalu jadilah dewa bernama Tamanrikukng. Waktu itu semuanya serba baru, langit tanah masih ada tiangnya atau penahannya. Ayus Junyukng dan Siluq memberi tugas kepada Tamanrikukng untuk menjaga dan memeriksa tiang langit dan penahan tanah setiap hari.
Pada suatu hari disaat Tamanrikukng berkeliling memeriksa tiang langit tiba-tiba ia melihat ada kepala wanita keluar dari dalam tanah. Ia mau mencabut kepala itu tetapi kepala itu berkata: “jangan kau cabut kepalaku sekarang., tetapi bila sudah delapan hari delapan malam barulah kamu boleh ke sini dan mengambil aku untuk isterimu”. Tamanrikukng pulang membawa hati gembira karena akan mendapat seorang wanita cantik untuk isterinya. Dari hari ke hari Tamanrikukng menahan rasa cintanya akhirnya ia tidak tahan lagi, pada hari yang ketujuh ia pergi ketempat itu. Sampai di sana dilihatnya wanita itu sudah berdiri tegak diatas tanah hanya bagian kakinya masih melekat pada tanah. Ia tidak sabar lagi merangkul wanita itu dan mengambil bila lalu mengiris kakinya. Waktu itu wanita itu berkata: “sejak sekarang sampai turun-temurun manusia bisa mati karena pada kakiku masih ada tanah mati”. Wanita itupun menyebutkan namanya yaitu Ape Bungan Tana artinya Bunga Tanah.
Tamanrikukng membawa wanita itu pulang sebagai isterinya. Pada waktu isterinya sedang hamil tua, Tamanrikukng berpesan jangan keluar rumah atau mengambil air bila aku sedang bepergian takut isterinya kena hujan. Bila kena hujan ia bisa hancur atau larut.
Sepeninggal Tamanrikukng periksa tiang langit isterinya pergi ke sungai mengambil air. Kebetulan saja ada tiang langit yang rusak hujan turun deras sekali. Tubuh isterinya larut tetapi kandungan anaknya tidak larut dan anak di dalamnya masih bisa hidup. Setelah Tamanrikukng pulang melihat isterinya tidak ada ia langsung pergi ke sungai. Di tengah jalan ia melihat ada bayi tergeletak di tanah dikelilingi oleh air. Ia tahu bahwa itulah tubuh isterinya, ia telah larut menjadi air. Sambil menangis ia membungkus bayi itu dengan pelepah pinang sambil berkata: “anakku kutaruh kau dalam tempat ini dan kau kuberi nama: Bawe Seraketn Pinang”. Ia bawa bayi itu ke rumah. Selama berbulan-bulan bayi itu hidup dalam pelepah pinang akhirnya ia ganti dengan kulit kayu alas dan waktu ia memasukan bayi itu ke dalam kulit kayu itu ia berkata : “sekarang aku ganti tempatmu dan ganti pula namamu menjadi Bawe Tewilukng Uyukng”. Genap pada usia sembilan bulan maka lahirlah bayi itu dari tempatnya. Selama dalam tempat tadi selalu diberi makan oleh ayahnya.
Setalah dewasa anak wanita itu dipinang pinang oleh ayahnya tetapi anak itu sangat marah dengan ayahnya itu, ia tidak mau dipermainkan ayahnya. Pada suatu hari ketika ayahnya mencoba membujuk anaknya untuk kawin, anak itu marah sekali lalu memukul dahi ayahnya. Ayahnya malu lalu lari ke hutan. Sang ayah berusaha menata diri agar anak itu tidak kenal wajahnya yang asli lalu menyangka laki-laki lain. Tetapi ketika ia datang anak itu masih tahu bahwa ia adalah ayahnya. Kemudian ia lari lagi berusaha menghias wajahnya. Setelah beberapa bulan lamanya ia pulang lagi ke rumah, saat itu dia diterima baik oleh anaknya karena disangkanya laki-laki dari lain tempat. Mereka mengikat janji untuk sehidup semati. Tapi setelah beberapa bulan wanita itupun mengenal suaminya itu adalalah ayahnya sendiri, ia sedih karena merasa tertipu dan ingin cerai tetapi apa hendak dikata nasib sudah begini seorang bayi sudah berumur dua bulan dalam kandunganku, kata wanita itu sambil menangis di hadapan suaminya.
Sang ayah pun sadar akan perbuatannya itu, ia malu lalu sebelum orang lain mengetahui hal itu maka ia minta namanya diubah. Katanya : “dulu Tamanrikukng Langit kawin dengan Ape Bungan Tana, setelah itu Tamanrikukng Mulukng kawin dengan Seraketn Pinang, lalu Tamanrikukng Urai kawin dengan Tewilukng Uyukng. Nah, sekarang saya Tatau Lihatn kawin denganmu bernama Ayakng Dilakng.” Isterinya menerima saja perubahan nama itu. Genap sembilan bulan maka isterinya pun melahirkan. Mereka mendapat anak banyak sekali yaitu :
1.   Seniang Galekng
2.   Seniang Sahuq
3.   Seniang Sukat
4.   Seniang Adat
5.   Seniang Jumpikng
6.   Seniang Jungeng
7.   Seniang Kengkekng
8.   Kilah
9.   Seniang Besara.
Anak-anak lahir kemudian adalah :
1.   Dodok karena dikutuk menjelma menjadi hantu atau wok
2.   Bontik dikutuk juga menjelma menjadi Harimau
3.   Sentikng menjadi anjing hutan
4.   Kupakng menjadi Beruang
5.   Pelos mejadi hantu pelot
6.   Iq menjadi hantu Bongai atau Mulakng
7.   Juntatn menjelma menjadi babi
8.   Jongan menjadi rusa
9.   Bonong mejadi kera, beruk dan sejenisnya
10.   Punen memperanakkan manusia
11.   Sia memperanakkan manusia juga
12.   Bura
Pada suatu hari kedua orang tua mereka pergi bekerja lalu menyuruh anak-anak yang sudah berdar dan sudah mengerti menjaga si bungsu yaitu Bura. Jika ia menangis potonglah ayam putih atau piak bura, pesan ayah dan ibu mereka. Setelah beberapa hari ditinggalkan si bungsu menangis, kakaknya bertengkar ada yang mau memotong ayam putih atau piak bura sesuai dengan pesan orang tua mereka, tetapi ada yang ngotot mau potong Bura karena salah pendengaran. Punen dan Sia  tetap mau memotong ayam putih tetapi akhirnya mengalah dengan saudaranya yang lain, lalu mereka memotong Bura. Setelah ayah ibu mereka pulang dari ladang mereka marah karena melihat anak itu mati dipotong kakak-kakaknya. Tamanrikukng lalu mengutuk anak-anaknya kecuali para Seniang dan Punen serta Sia. Karena kutukan itu maka anak-anak itu menjelma menjadi makhluk lain sebagaimana disebut diatas. Kemudian mereka harus menanggung harga Bura. Segala binatang diserahkan bagi Punen dan Sia sehingga ada yang dapat mereka makan.
Selain anak-anak tersebut diatas masih ada lagi anak-anak yang lain yang juga kena kutukan yaitu:
1.   Nyentukng mejadi madu, serangga
2.   Bajur menjadi ikan
3.   Ngos menjadi ular atau binatang melata.

Akhirnya Tamanrikukng membawa anak-anaknya naik ke atas tinggal di lapisan langit. Yang tinggal dibawah ialah Punen Sia serta beberapa budak mereka, dan semua anak yang kena kutukan itu. Mereka yang naik ke atas ialah para Seniang. Tamanrikukng sendiri naik paling terakhir ia menempati tingkat yang paling atas yaitu Usuk Langit, Usuk Wari Tanaq Putih Bura Tana Kuasa. Semenjak itu ia tidak lagi bernama Tamanrikukng tetapi disebut Perjadiq bergelar Perjadiq Bantikng Langit Pertikaq Bantikng Tuhaq. Dialah dewa tertinggi diantara mereka, pemegang umur manusia. Dialah yang membatu hidup manusia memberi rejeki, memberi umur panjang. Dia juga bisa menyumpah atau mengutuk manusia jika membuat kejahatan di dunia ini.
Dewa yang mengatur penempatan para Seniang itu tadi adalah Ayus Junyukng dan Siluq Urai. Peranan Ayus Junyukng dan Siluq Urai adalah lebih tinggi mereka disebut pula Ayus Panai Ngotus Siluq Urai Panai Nokai, artinya pandai mengatur dan memutuskan sesuatu. Perlu dibedakan nama Siluq dan Ayus. Jika namanya hanya Ayus dan Siluq itulah dewa sakti yang lahir kemudian yang pernah tinggal di bumi ini. Dalam dongengnya mereka mereka pernah tinggal di sungai Mahakam, sungai  Pahu dan ditempat lain juga. Ayus Junyukng dan Siluq Urai adalah dewa dari Langit Kuasa Tana Kuasa jauh sebelum adanya bumi ini.
Pada waktu Tamanrikung dan anak-anaknya tadi naik keatas mereka membawa juga beberapa orang budak atau ripatn dan ada yang disuruh tinggal untuk menjaga sebuah lembo yaitu kebun buah-buahan mereka. Budak yang tinggal ialah Ayakng Rentelutn. Kemudian ada sejumlah budak yang ketinggalan. Pada waktu Tamanrikukng dan anak-anaknya naik mereka sedang bepergian. Ketika mereka dekat rumah rombongan besar itu sudah naik tinggi, para ripatn itu melambai-lambai mau mengejar tetapi tidak bisa. Mereka yang ketinggalan itu ialah : Lalukng Tempuro, Lalukng Ngono, Lalukng Tu sejenis rotan semuanya, Belau karena itulah rotan-rotan itu bisa tumbuh tinggi sekali melampaui pohon-pohon yang lainnya.
Setelah Perjadiq tinggal di Usuk Langit maka iapun kawin dengan dewa Nurit Langit Lempetn Langit dan mendapat anak bernama Beleu. Demikianlah cerita terjadinya Manusia menurut versi pemeliatn!  

Sumber : Buku Religi dan Mitologi Dayak,- CERD- BAPEDA KUTAI BARAT (2007)
Foto : Nalitn Taotn Melapeh Lama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.