Rabu, 31 Maret 2010

Sabtu, 27 Maret 2010

Dari Ladang ke Kebun Karet

Seperti kita ketahui bahwa telah terjadi perubahan budaya dalam sistem pertanian ladang masyarakat Dayak di Kutai Barat, dahulu biasanya sebelum menugal padi didahului menugal jagung setelah itu baru menugal padi yang kadang-kadang dicampur dengan benih timun lokal. Namun saat ini setelah menugal padi dilanjutkan dengan menanam karet alam (hasil cabutan anakan karet), dengan cara ditugal (besar tugal biasanya sebesar anakan karet yang akan ditanam dengan tujuan agar anakan karet tertutup rapat dengan tanah). Menanam karet dengan cara ditugal menurut petani lebih praktis, cepat selesai dan tidak ada biaya bila dibandingkan dengan menanam karet unggul yang menggunakan lobang tanam.
Fenomena semakin berkurangnya masyarakat yang melakukan kegiatan berladang (menanam padi) sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1997, ketika diadakan survey kerawanan pangan (gagal panen) sebagai akibat kemarau panjang dan kebakaran hutan yang dilakukan di Empat kecamatan (Long Iram, Melak, Barong Tongkok dan Damai) yang dilakukan oleh Yayasan CRA (sekarang Anum Lio) dan PT. KEM. Pada waktu itu terutama di beberapa kampung di Kecamatan Barong Tongkok beberapa petani menyatakan mereka sudah lama tidak lagi berladang karena dari hasil karet mereka cukup untuk membeli beras dan pada saat itu mereka menyatakan menyesal tidak berladang karena harga satu kilogram beras lebih tinggi dari harga satu kilogram karet. 
Hasil survey menunjukan bahwa, dari 150 orang responden (penduduk lokal) yang menyatakan masih berladang sebanyak 64 orang (43%) sedangkan yang tidak berladang 86 orang (57%).
Tabel.4.18 Aktivitas Berladang
NO
Kampung
Kecamatan
Aktivitas Berladang
Ya
Tidak
1
Linggang Mapan
Linggang Bigung
12
11
2
Gleo Asa
Barong Tongkok
9
10
3
Juaq Asa
Barong Tongkok
8
6
4
Keliwai
Long Iram
10
0
5
Sekolaq Darat
Sekolaq Darat
12
40
6
Empas
Melak
1
14
7
Muara Benangaq
Melak
12
5



64
86

Di Kampung Keliwai mayoritas petani responden masih melakukan aktivitas berladang (100%), sedangkan di Kampung Empas (93.33%) petani responden menyatakan sudah tidak berladang.

Alasan yang dikemukakan petani mengapa mereka tidak berladang pada umumnya adalah karena mereka sudah tidak mempunyai lahan lagi karena lahan yang mereka miliki telah ditanami karet, seperti tampak pada tabel di bawah ini:
Alasan Tidak Berladang
Tidak punya lokasi
Fokus ke karet
Sudah 10 tahun tidak berladang
Baru kembali dari kota
Sudah 5 tahun yang lalu tidak berladang
Tidak ada lahan
Sudah tidak berladang 8 tahun lalu
Tidak punya lahan
Tidak ada lahan
Sejak 4-5 tahun lalu tidak berladang
Tidak pernah berladang, terakhir tahun 80an
Sejak 10 tahun lalu tidak berladang
                                      Sumber: Petani  Empas
  Sedangkan alasan mengapa masih berladang pada umumnya karena supaya tidak membeli beras, hasil karet masih kurang mencukupi dan mereka masih memiliki lahan yang cukup luas, karena karet masih belum intensif dilakukan seperti tampak di Kampung Keliwai:
Alasan Masih Berladang
Pendapatan dari lahan karet kurang sebab dibagi dua dengan keponakan  yang nores
Supaya  tidak beli beras yang mahal
Karena sudah turun-temurun berladang
Supaya tidak beli beras lagi
Karena hasil karet kurang
Untuk tambahan hasil keluarga
Menambah penghasilan keluarga teruama beras
Supaya tidak beli beras
Tambah penghasilan
Hoby keluarga
              Sumber: Petani Keliwai
Pada grafik di bawah ini terlihat bahwa kegiatan berladang masih banyak dilakukan didalam  wilayah kampung sendiri (73%) sedangkan (27%) kegiatan berladang dilakukan di luar wilayah kampung. Di Kampung Sekolaq Darat mayoritas kegiatan berladang dilakukan diluar kampung. Dapat dipastikan untuk beberapa tahun kedepan aktivitas berladang dilakukan diluar wilayah kampung, karena areal ladang mereka telah menjadi kebun karet.

Fenomena semakin sedikitnya masyarakat/petani lokal yang melakukan aktivitas berladang menurut pendapat kami ini akan  terus berlangsung. Apakah paradigma petani telah berubah?, dahulu petani merasa “aman” bila masih ada padi dilumbung mereka dan sekarang rasa “aman” muncul karena mereka telah memiliki kebun karet.
Penduduk Kampung transmigran asal jawa ada pula yang berladang seperti yang dilakukan oleh penduduk lokal yaitu di Kampung Purwodadi, dari 38 orang responden yang menyatakan berladang sebanyak 7 orang (18.42%) dan kebanyakan aktivitas berladang dilakukan di luar kampung 5 orang dan 2 orang berladang didalam kampung. Di kampung Suko Mulyo, Kecamatan Long Iram perladangan dilakukan di lahan sawah (rawa/rapak dengan sistim tadah hujan) dari 45 orang responden, 28 orang (62.22%)  menyatakan masih berladang.

Jumat, 26 Maret 2010

Ahli matematika Rusia Tolak Penghargaan

Jika banyak orang berebut meraih hadiah prestisius namun tidak demikian bagi seorang ahli matematika asal Rusia, Grigory Perelman.
Grigory Perelman pernah menolak sebuah penghargaan prestisius empat tahun lalu. Kini Grigory didesak untuk menerima sebuah penghargaan baru.
Sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat berkeinginan memberi hadiah uang sebesar US$1 juta atau lebih dari Rp 9 miliar untuk Grigory.
Alasannya, Grigory Perelman dinilai berhasil memecahkan sebuah soal matematika paling rumit, Poincare Conjecture. Namun, belum jelas apakah Perelman bersedia menerima penghargaan itu atau tidak.
Sebuah yayasan amal di St Petersburgh, kota asal Perelman, mendesak sang ahli matematika itu untuk menerima hadiah tersebut dan menyumbangkannya ke yayasan itu.
Dalam sebuah surat terbuka di situs resminya, yayasan amal The Warm Home memohon Perelman untuk menerima hadiah yang disediakan US Clay Mathematics Institute Millenium Prize itu ke yayasan-yayasan amal Rusia.
Yayasan ini mengatakan Perelman sudah pernah menolak untuk menerima penghargaan Field Medal tahun 2006, yang merupakan hadiah tertinggi bagi ilmuwan matematika dunia.
Ingin menyendiri
Saya tidak tertarik dengan uang dan ketenaran
Grigory Parelman, ahli matematika berusia 43 tahun ini memang pribadi yang unik. Dia memutuskan hubungan dengan dunia luar selama empat tahun terakhir.
Dia memilih tinggal dengan ibunya yang sudah uzur di sebuah apartemen kecil yang menurut para tetangganya sebenarnya tidak begitu layak ditinggali.
"Saya sudah mendapatkan semua yang saya inginkan," itulah jawaban Grigory Perelman saat seorang wartawan berhasil menghubunginya dan menanyakan soal hadiah US$1 juta itu.
Menurut harian Daily Mail terbitan Inggris, sang reporter mendapatkan kalimat singkat itu setelah Perelman bersedia menjawab dari balik pintu apartemennya yang tertutup rapat.
Grigory Perelman adalah orang pertama yang menolak penghargaan Field Medal yang diserahkan pada Kongres Matematika Internasional di Madrid, Spanyol.
"Saya tidak tertarik dengan uang dan ketenaran," kata Perelman saat itu.
"Saya tak ingin dipamerkan seperti hewan di kebun binatang. Saya bukan pahlawan matematika. Saya bahkan tidak sesukses yang dibayangkan orang lain. Itulah sebabnya saya tidak ingin setiap orang menatap saya," kata dia.
Salah seorang politisi senior Rusia yang juga Ketua Komite Federasi Sergei Mironov memohon agar dunia membiarkan Perelman hidup dalam dunianya sendiri.
Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia

Selasa, 23 Maret 2010

Malaikat Kecil Tertidur

Maafkan aku pak
Aku masih kecil...belum bisa membantu bapak cari uang
Semoga kehadiranku tidak menggangu bapak


















Kapan kita pulang?
Aku lelah dan mengantuk... pingin tidur

Tuhan..kalau aku besar dan seperti bapaku..aku bersyukur
Kalau bisa lebih dari bapaku..aku bersyukur
Seperti yang pernah kau ajarkan
Hidup haruslah penuh dengan rasa syukur


Minggu, 21 Maret 2010

Kisah Penciptaan (2) Manusia- Versi Religi-Mitologi Dayak

Seperti yan telah saya jelaskan pada posting pertama tentang Asal Mula Terciptanya Langit dan Bumi, bahwa; 
Syair/Tempuutn asli adalah hal yang pada prinsipnya tabu untuk diucapkan oleh orang yang belum memenuhi kriteri untuk boleh mengucapkannya. Orang awam boleh mengetahui dan mengucapkannya jika niatnya telah disetujui oleh pemelian. Niat ini bisa dibayar dengan memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemelian.  Pemenuhan persyaratan ini disebut boyeeq. Jika tidak, maka petaka bisa timbul bagi orang yang mengucapkan namun tidak memenuhi persyaratan ini. Petaka itu bisa berupa menjadi gila atau kematian.

Tempuutn Mersiaaq (Manusia)
Langit dan bumi telah selesai dikerjakan, namun tidak ada menghuni atau orang yang mendiaminya. Untuk memelihara dan tinggal di bumi ini maka Ayus Junyukng mengambil sisa langit tanah membuat patung lalu jadilah dewa bernama Tamanrikukng. Waktu itu semuanya serba baru, langit tanah masih ada tiangnya atau penahannya. Ayus Junyukng dan Siluq memberi tugas kepada Tamanrikukng untuk menjaga dan memeriksa tiang langit dan penahan tanah setiap hari.
Pada suatu hari disaat Tamanrikukng berkeliling memeriksa tiang langit tiba-tiba ia melihat ada kepala wanita keluar dari dalam tanah. Ia mau mencabut kepala itu tetapi kepala itu berkata: “jangan kau cabut kepalaku sekarang., tetapi bila sudah delapan hari delapan malam barulah kamu boleh ke sini dan mengambil aku untuk isterimu”. Tamanrikukng pulang membawa hati gembira karena akan mendapat seorang wanita cantik untuk isterinya. Dari hari ke hari Tamanrikukng menahan rasa cintanya akhirnya ia tidak tahan lagi, pada hari yang ketujuh ia pergi ketempat itu. Sampai di sana dilihatnya wanita itu sudah berdiri tegak diatas tanah hanya bagian kakinya masih melekat pada tanah. Ia tidak sabar lagi merangkul wanita itu dan mengambil bila lalu mengiris kakinya. Waktu itu wanita itu berkata: “sejak sekarang sampai turun-temurun manusia bisa mati karena pada kakiku masih ada tanah mati”. Wanita itupun menyebutkan namanya yaitu Ape Bungan Tana artinya Bunga Tanah.
Tamanrikukng membawa wanita itu pulang sebagai isterinya. Pada waktu isterinya sedang hamil tua, Tamanrikukng berpesan jangan keluar rumah atau mengambil air bila aku sedang bepergian takut isterinya kena hujan. Bila kena hujan ia bisa hancur atau larut.
Sepeninggal Tamanrikukng periksa tiang langit isterinya pergi ke sungai mengambil air. Kebetulan saja ada tiang langit yang rusak hujan turun deras sekali. Tubuh isterinya larut tetapi kandungan anaknya tidak larut dan anak di dalamnya masih bisa hidup. Setelah Tamanrikukng pulang melihat isterinya tidak ada ia langsung pergi ke sungai. Di tengah jalan ia melihat ada bayi tergeletak di tanah dikelilingi oleh air. Ia tahu bahwa itulah tubuh isterinya, ia telah larut menjadi air. Sambil menangis ia membungkus bayi itu dengan pelepah pinang sambil berkata: “anakku kutaruh kau dalam tempat ini dan kau kuberi nama: Bawe Seraketn Pinang”. Ia bawa bayi itu ke rumah. Selama berbulan-bulan bayi itu hidup dalam pelepah pinang akhirnya ia ganti dengan kulit kayu alas dan waktu ia memasukan bayi itu ke dalam kulit kayu itu ia berkata : “sekarang aku ganti tempatmu dan ganti pula namamu menjadi Bawe Tewilukng Uyukng”. Genap pada usia sembilan bulan maka lahirlah bayi itu dari tempatnya. Selama dalam tempat tadi selalu diberi makan oleh ayahnya.
Setalah dewasa anak wanita itu dipinang pinang oleh ayahnya tetapi anak itu sangat marah dengan ayahnya itu, ia tidak mau dipermainkan ayahnya. Pada suatu hari ketika ayahnya mencoba membujuk anaknya untuk kawin, anak itu marah sekali lalu memukul dahi ayahnya. Ayahnya malu lalu lari ke hutan. Sang ayah berusaha menata diri agar anak itu tidak kenal wajahnya yang asli lalu menyangka laki-laki lain. Tetapi ketika ia datang anak itu masih tahu bahwa ia adalah ayahnya. Kemudian ia lari lagi berusaha menghias wajahnya. Setelah beberapa bulan lamanya ia pulang lagi ke rumah, saat itu dia diterima baik oleh anaknya karena disangkanya laki-laki dari lain tempat. Mereka mengikat janji untuk sehidup semati. Tapi setelah beberapa bulan wanita itupun mengenal suaminya itu adalalah ayahnya sendiri, ia sedih karena merasa tertipu dan ingin cerai tetapi apa hendak dikata nasib sudah begini seorang bayi sudah berumur dua bulan dalam kandunganku, kata wanita itu sambil menangis di hadapan suaminya.
Sang ayah pun sadar akan perbuatannya itu, ia malu lalu sebelum orang lain mengetahui hal itu maka ia minta namanya diubah. Katanya : “dulu Tamanrikukng Langit kawin dengan Ape Bungan Tana, setelah itu Tamanrikukng Mulukng kawin dengan Seraketn Pinang, lalu Tamanrikukng Urai kawin dengan Tewilukng Uyukng. Nah, sekarang saya Tatau Lihatn kawin denganmu bernama Ayakng Dilakng.” Isterinya menerima saja perubahan nama itu. Genap sembilan bulan maka isterinya pun melahirkan. Mereka mendapat anak banyak sekali yaitu :
1.   Seniang Galekng
2.   Seniang Sahuq
3.   Seniang Sukat
4.   Seniang Adat
5.   Seniang Jumpikng
6.   Seniang Jungeng
7.   Seniang Kengkekng
8.   Kilah
9.   Seniang Besara.
Anak-anak lahir kemudian adalah :
1.   Dodok karena dikutuk menjelma menjadi hantu atau wok
2.   Bontik dikutuk juga menjelma menjadi Harimau
3.   Sentikng menjadi anjing hutan
4.   Kupakng menjadi Beruang
5.   Pelos mejadi hantu pelot
6.   Iq menjadi hantu Bongai atau Mulakng
7.   Juntatn menjelma menjadi babi
8.   Jongan menjadi rusa
9.   Bonong mejadi kera, beruk dan sejenisnya
10.   Punen memperanakkan manusia
11.   Sia memperanakkan manusia juga
12.   Bura
Pada suatu hari kedua orang tua mereka pergi bekerja lalu menyuruh anak-anak yang sudah berdar dan sudah mengerti menjaga si bungsu yaitu Bura. Jika ia menangis potonglah ayam putih atau piak bura, pesan ayah dan ibu mereka. Setelah beberapa hari ditinggalkan si bungsu menangis, kakaknya bertengkar ada yang mau memotong ayam putih atau piak bura sesuai dengan pesan orang tua mereka, tetapi ada yang ngotot mau potong Bura karena salah pendengaran. Punen dan Sia  tetap mau memotong ayam putih tetapi akhirnya mengalah dengan saudaranya yang lain, lalu mereka memotong Bura. Setelah ayah ibu mereka pulang dari ladang mereka marah karena melihat anak itu mati dipotong kakak-kakaknya. Tamanrikukng lalu mengutuk anak-anaknya kecuali para Seniang dan Punen serta Sia. Karena kutukan itu maka anak-anak itu menjelma menjadi makhluk lain sebagaimana disebut diatas. Kemudian mereka harus menanggung harga Bura. Segala binatang diserahkan bagi Punen dan Sia sehingga ada yang dapat mereka makan.
Selain anak-anak tersebut diatas masih ada lagi anak-anak yang lain yang juga kena kutukan yaitu:
1.   Nyentukng mejadi madu, serangga
2.   Bajur menjadi ikan
3.   Ngos menjadi ular atau binatang melata.

Akhirnya Tamanrikukng membawa anak-anaknya naik ke atas tinggal di lapisan langit. Yang tinggal dibawah ialah Punen Sia serta beberapa budak mereka, dan semua anak yang kena kutukan itu. Mereka yang naik ke atas ialah para Seniang. Tamanrikukng sendiri naik paling terakhir ia menempati tingkat yang paling atas yaitu Usuk Langit, Usuk Wari Tanaq Putih Bura Tana Kuasa. Semenjak itu ia tidak lagi bernama Tamanrikukng tetapi disebut Perjadiq bergelar Perjadiq Bantikng Langit Pertikaq Bantikng Tuhaq. Dialah dewa tertinggi diantara mereka, pemegang umur manusia. Dialah yang membatu hidup manusia memberi rejeki, memberi umur panjang. Dia juga bisa menyumpah atau mengutuk manusia jika membuat kejahatan di dunia ini.
Dewa yang mengatur penempatan para Seniang itu tadi adalah Ayus Junyukng dan Siluq Urai. Peranan Ayus Junyukng dan Siluq Urai adalah lebih tinggi mereka disebut pula Ayus Panai Ngotus Siluq Urai Panai Nokai, artinya pandai mengatur dan memutuskan sesuatu. Perlu dibedakan nama Siluq dan Ayus. Jika namanya hanya Ayus dan Siluq itulah dewa sakti yang lahir kemudian yang pernah tinggal di bumi ini. Dalam dongengnya mereka mereka pernah tinggal di sungai Mahakam, sungai  Pahu dan ditempat lain juga. Ayus Junyukng dan Siluq Urai adalah dewa dari Langit Kuasa Tana Kuasa jauh sebelum adanya bumi ini.
Pada waktu Tamanrikung dan anak-anaknya tadi naik keatas mereka membawa juga beberapa orang budak atau ripatn dan ada yang disuruh tinggal untuk menjaga sebuah lembo yaitu kebun buah-buahan mereka. Budak yang tinggal ialah Ayakng Rentelutn. Kemudian ada sejumlah budak yang ketinggalan. Pada waktu Tamanrikukng dan anak-anaknya naik mereka sedang bepergian. Ketika mereka dekat rumah rombongan besar itu sudah naik tinggi, para ripatn itu melambai-lambai mau mengejar tetapi tidak bisa. Mereka yang ketinggalan itu ialah : Lalukng Tempuro, Lalukng Ngono, Lalukng Tu sejenis rotan semuanya, Belau karena itulah rotan-rotan itu bisa tumbuh tinggi sekali melampaui pohon-pohon yang lainnya.
Setelah Perjadiq tinggal di Usuk Langit maka iapun kawin dengan dewa Nurit Langit Lempetn Langit dan mendapat anak bernama Beleu. Demikianlah cerita terjadinya Manusia menurut versi pemeliatn!  

Sumber : Buku Religi dan Mitologi Dayak,- CERD- BAPEDA KUTAI BARAT (2007)
Foto : Nalitn Taotn Melapeh Lama

Sabtu, 20 Maret 2010

Asal-Mula (Tempuutn) Terjadinya Langit dan Bumi



Syair terpenting dalam dalam belian nalitn taotn adalah mengenai asal usul semua benda yang ada dalam kehidupan manusia dan digunakan dalam belian ini, atau biasa disebut Tempuutn
Syair asli adalah hal yang pada prinsipnya tabu untuk diucapkan oleh orang yang belum memenuhi kriteri untuk boleh mengucapkannya. Orang awam boleh mengetahui dan mengucapkannya jika niatnya telah disetujui oleh pemelian. Niat ini bisa dibayar dengan memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemelian.  Pemenuhan persyaratan ini disebut boyeeq. Jika tidak, maka petaka bisa timbul bagi orang yang mengucapkan namun tidak memenuhi persyaratan ini. Petaka itu bisa berupa menjadi gila atau kematian.


Berikut adalah Tempuutn Langit Tana :

Konon, mulanya serba kosong, tak ada langit maupun bumi, alam semesta ini yang ada hanyalah Langit Kuasa Tana Kuasa di atas sana beserta para Dewa Kuasa. Tampat itu tidak ada asal usulnya karena itu disebut Langit Kuasa Tana Kuasa.
Di bawah tempat itu ada dua buah tempat berupa gunung batu yaitu Batuq Dingdingkikng dan Batuq Rangkakng Bulau. Kedua tempat itu melayang-layang saja karena berada di atas punggung hantu besar yaitu “WOK KESOK”.  Hantu dapat hidup melayang-layang karena ia tinggal di atas punggung dewa raksasa yang mempunyai sayap yaitu KENTIAQ ARAQ.
Pada suatu hari dewa kuasa yaitu   Ayus Junyukng dan Siluq Urai hendak membuat dewa baru dari sisa kedua gunung tersebut. Ayus Junyukng mengambil sisa Batuq Rangkakng Bulau lalu membuat sebuah patung maka terciptalah dewa-dewa yaitu Itak Kakah Diakng Leyutu. Kemudian ada anak bernama Itak Diakng Leyawetn yang kemudian kawin dengan Kakah Diakng Leyawetn. Dari perkawinan itu ada anak bernama Itak Diakng Dehorokng yang kawin dengan Kakah Diakng Dehorokng. Lalu ada Itak Kakah Natiq Uluq ada Itak Kakah Natiq Aliq. Itak Kakah Natiq Aliq ada dua anak bernama Bawe Lolakng Kondrakng.
Kemudian Ayus Junyukng mengambil lagi sisa Batuq Dingdingkikng lalu membuat sebuah patung dan terciptalah Dewa Itak Kakah Diakng Leyawah. Kemudian ada Itak Kakah Juruq Jemputn. Kemudian ada Itak Kakah Juruq Juwau. Dari perkawinan Itak Kakah Juruq Juwau ada Itak Juruq Nyahun yang kawin dengan Kakah Juruq Nyahun. Lalu ada Itak Kakah Juruq Menekng. Kemudian ada Itak Kakah Rinuq Renuan yang ada anak bernama Imangmangkalayakng.
Bawe Lolakng Kindrakng tinggal bersama ayah ibunya di Batuq Rangkakng Bulau dan Imangmakalayakng tinggal bersama ayah ibunya di Batuq Dingdingkikng.
Setelah dewasa Imang makalayakng kawin, tetapi sayang perkawinannya tidak mujur sehingga ia terpaksa kawin sampai tujuh kali. Ia mati anak mati isteri sampai tujuh kali. Pada suatu hari Imangmangkalayakng berniat untuk bunuh diri saja. Ia pergi ke sebuah gunung disebeleh yaitu gunung batu Rangkakng Bulau. Ia bermaksud terjun dari tempat itu agar ia mati saja. Di tengah perjalanan ia beristirahat di tempat yang di sebut Batuq Nerekng Bulau. Pada saat itulah datang seorang wanita dan beristirahat juga ditempat itu. Mereka berkenalan, Imangmangkalayakng menceritakan nasibnya, kemudian wanita itupun menceritakan riwayat hidupnya yang kebetulan persis sama mati suami mati anak sampai tujuh kali. Dan akhir dari basa-basi itu keduanya sepakat untuk kawin dan pulang ke Batuq Dingdingkikng tempat Imangmangkalayakng.
Ketika keluarga Imangmangkalayakng mengetahui maksud keduanya itu mereka menolak karena belum bertemu dengan ayah ibu dan keluarga Bawe Lolakng Kindrang, lagi pula keduanya mendapat nasib jahat.
Karena keduanya kelihatan memang nekad untuk hidup semati maka berangkatlah ayah ibu Imangmangkalayakng ke Batuq Rangkakng Bulau untuk merundingkan maksud kedua anak mereka itu. Dalam perundingan itu mereka semua tidak setuju karena alasan yang sama pula. Untuk mencari jalan keluarnya mereka mengundang Ayus Junyukng Siluq Urai. Mereka memberi petunjuk agar nasib jahat itu di buang saja. Untuk membuang kejahatan seperti itu mereka harus memanggil orang yang tahu mengusir kejahatan yaitu tukang Belian atau pemeliatn kuasa. Lalu mereka mengundang dewa-dewa kuasa itu yaitu :
1.   Itak Kakah Betokang Diri (suami istri)
2.   Itak Kakah Betokakng Bongan (suami istri)
3.   Itak Kakah Limun Danum (suami istri)
4.   Bumi Biok Bumui Bio.

Setelah para dewa itu datang maka dilaksanakanlah sebuah acara Minah Ngale atas diri kedua mempelai itu. Maka setelah selesai upacara itu barulah keduanya boleh kawin dan direstui semua keluarga. Peristiwa itu adalah upacara perkawinana yang pertama kalinya ditiru oleh dewa-dewa lain dan selanjutnnya oleh manusia.
Dari perkawinan itu mereka dianugerahkan anak yang banyak sekali yaitu :
1.   Sening Olo atau Matahari
2.   Seniang Bulatn atau Bulan
3.   Seniang Bintakng atau bintang beserta seluruh planet.
Mereka lahir di Batuq Dingdingkikng. Sejak itulah ada terang benderang. Tetapi karena terlalu banyak maka tempat itu pun penuh sesak.
Pada suatu hari Ayus Junyukng memberi petunjuk agar mereka membuat tempat baru yang cukup luas dan baik. Untuk itu mereka harus mengundang dewa-dewa kuasa lainnya yang mempunyai kemampuan khusus untuk menempa langit dan tanah yaitu : Itak Kakah Damukng Autn atau Itak Kakah Tungkatn Anai, Dewa Dahur Langit, Reakngsengkarepakng, Itak Kakah Diakng Ngoko, Itak Kakah Diakng Ngekai tukang meratakan tanah dan langit dan langit yang lain sebagai penempa.
Setelah dewa-dewa itu hadir maka mulailah mereka membagi tugas. Dewa pengangkut bahan berangkat ke atas menuju Langit Kuasa Tana Kuasa untuk mengambil bahan yaitu Nanoakng Mengawak dan Kayu Potukng Mengaroi. Kedua tumbuhan itu tumbuh di bumi kuasa. Bahan itu dibawa ke bawah lalu dihancurkan sehingga menjadi serbuk kecil-kecil itulah bahan untuk membuat langit tanah yang baru.
Dahur Langit mulai menempa langit  dan Libur Bulau menempa tanah dan yang lainya meratakannya. Kedua bahan itu dicampur tetapi tidak bisa melengket dan tidak bisa melebar. Mereka panggil lagi dewa Ayus Junyukng dan Siluq Urai dan melaporkan hal itu. Kedua dewa kuasa itu memberi perintah agar mereka mengambil lagi jantung tanah atau lepusutn tana di atas sana di tempat yang bernama Beluketn Tana. Bahan itu disimpan dewa Itak Benturatn Tana. Kemudian mengambil jantung langit atau lempusutn langit juga di atas sana disimpan oleh dewa Antukng Selaloketng. Maka berangkatlah petugas pengangkut bahan menuju ke benua kuasa untuk mengambil bahan-bahan tersebut.
Semua bahan telah mereka bawa, lepusutn langit sebesar buah kelapa biasa atau nyui bulau, lepusutn tanah sebesar kelapa kecil atau nyui gadikng. Mulailah mereka bekerja dengan mencampuri semua bahan yang ada. Barulah langit tanah bisa dibuat atau ditempa. Waktu mereka istirahat bekerja ternyata mereka melihat langit lebih besar dari tanah, padahal bahan-bahan sudah habis. Mereka memanggil lagi Siluq Urai dan Ayus Junyukng. Atas petunjuk mereka maka para dewa penempa itu harus membunuh seekor makhluk bernama Angkakng Ngoeng untuk menambah bahan langit dan membunuh Angkakng Ngaos untuk menambah bahan tanah. Kedua makhluk itu dipotong lalu mereka mulai bekerja lagi untuk menyempurnakanlangit tanah. Waktu pertama selesai langit masih rendah sekali setinggi pisang Iratn, karena itu pisang itu pucuknya sering kelihatan sobek-sobek dan patah karena dulunya sampai ke langit. Karena langit terlalu rendah maka para dewa sepakat untuk meninggikannya. Walaupun mempunyai maksud begitu mereka tidak mampu untuk mengangkat langit yang besar itu. Maka sesuai petunjuk Ayus Junyukng dan Siluq Urai mereka panggil dewa-dewa kuasa lainnya yang dapat mengangkat langit yaitu :
1.   Itak Buukng Tebukng Kakah Buukng Tebukng
2.   Itak Dengkekng Keekng Kakah Dengkekng Keekng
3.   Itak Diakng Dempuk Kakah Diakng Dempuk
4.   Itak Diakng Dengkatn Kakah Diakng Dengkatn
Sebagai  penjaga dan melihat ukuran tingginya ialah Apetn Belonot atau Tetokakng yang tinggal di sungai berbunyi kang…..kang…..bila hari mau hujan. Mulailah dewa-dewa itu mengangkat langit dan setiap mereka mengangkat mereka bertanya kepada Apetn Belonot apakah sudah cukup atau belum. Sampai kedelapan kalinya mereka bertanya ukurannya masih juga belum cukup kata Belonot. Dewa-dewa itu capai lalu pergi kepada Belonot kalau-kalau ia berdusta. Ternyata penglihatan Belonot tidak baik, biji matanya terlindung oleh bulu matanya yang panjang. Dewa-dewa itu marah karena ukuran langit sangat tinggi, mereka menendang Apetn Belonot hingga terdampar di atas sebuah batu di tengah sungai. Sejak itulah Apetn Belonot dan dewa-dewa itu bermusuhan. Apetn Belonot selalu mendoakan agar hari hujan terus-menerus bila ada awan mendung ia selalu berbunyi kang…..kang…..agar hari hujan sehingga banjir besar dan para dewa itu hidup sangsara oleh air.
Bumi baru sudah selesai dibuat tetapi masih banyak  yang belum ada sebagai isi bumi baru itu. Atas petunjuk Ayus Junyukng dan Siluq Urai maka para dewa membunuh lagi makhluk bernama Ayakng Lolakng Rue. Makhluk itu kuasa walaupun mati tetapi segala isinya bisa tumbuh menjadi bermacam-macam makhluk. Lepusu tauq tumu berakng ate tauq nyuliq, demikian bahasa Benuaqnya. Sejak itu barulah ada segala tumbuh-tumbuhan di bumi ini.
Karena langit pun tidak ada sisanya maka mereka membunuh lagi seekor makhluk lain bernama Ayakng Amur Jautn. Setelah disembelih keluarlah darah berwarna-warni, merah hitam, kuning, biru, ungu, abu-abu dsb. Itulah sebabnya langit tampak berwarna-warni hingga sekarang.
Setelah selesai semuanya barulah Imangmangkalayakng dan isterinya pindah tetapi tidak tinggal dibawah ini melainkan di lapisan langit di atas sana. Karena Langit telah dibuat delapan tingkat.
 Sumber : Buku Religi-Mitologi Dayak, CERD- BAPEDA Kutai Barat (2007)