Kamis, 02 Februari 2012

MONAQ-RINGEENG (3) Versi Rentenukng-Tonyooi


3. Ringeeng Mempermainkan Monaaq
Untuk mengobati hatinya yang sedih, gundah gulana ditinggal mati kekasihya, Monaaq pergi berburu, setelah lama berjalan akhirnya ia tiba di simpang delapan, karena kelelahan Monaaq memutuskan untuk istirahat di simpang delapan sambil membuka bungkusan bekalnya dan makan. Ditempat itu tidak ada rumah karena masih hutan lebat, setelah selesai makan lalu dilanjutkan dengan merokok dan menginang (makan sirih).
Jantung Ringgeng berdegup kencang saat mengetahui kedatangan kekasihnya itu, ingin rasanya ia berlari dan memeluknya tapi ia menahan semua kerinduanya itu, ia ingin memberikan kejutan pada Monaaq. Ringeeng lalu memerintahkan kedua ripatnnya untuk menggangu Monaaq. Kedua hantu itu dengan senang hati mengikuti kemauan majikannya itu.
Mulailah Tempeko Rangaas Iyo dan Tekuyas Rangaas Bulaau beraksi, mula-mula mereka menyambar tempat dan inang (tepa) lalu mengambil cincin ditangan Monaaq secepat kilat lalu pergi kedalam hutan dan memberikan cincin itu pada Ringeeng.
Monaaq yang sedang menikmati asap tembakau sambil melamun mengenang kekasihnya itu tiba-tiba tersentak merasa ada bayangan yang berkelebat dan sambaran angin yang menuju arahnya, tempat rokok dan inangnya  berantakan disambar oleh Tempeko Rangaas Iyo dan Tekuyas Rangaas Bulaau.
Timbul perasaaan takut dalam diri Monaaq, dengan sisa keberaniannya ia membersihkan dan merapikan tempat yang berantakan itu, namun alangkah terkejutnya Monaaq karena cincin ditangannya sudah tidak ada lagi. Ia mencoba mencari cincin emas pusakanya dengan cara mengorek-ngorek dedaunan tetapi tetap tidak menemukannya.
Maka lengkaplah sudah penderitaan Monaaq karena sudah kehilangan kekasih tercinta ditambah kehilangan cincin pusakanya lagi.
Hari mulai gelap, Monaaq tampak kelelehan setelah ber jam-jam ia mencari cincinya itu. Ia memutuskan untuk beristrirahat lalu ia mengambil kain kesapuuq (kain ikat kepala) dan menghamparkannya untuk alasnya tidur, lalu ia membuat api. Sambil merebahkan badannya ia teringat terus peristiwa yang dialaminya itu, larut malam barulah Monaaq tertidur lelap.
Dari jauh Ringeeng memperhatikan Monaaq yang sedang tidur. “Ah.....mengapa aku tega memperlakukan kekasihku seperti itu”. Katanya dalam hati.
Timbul perasaan bersalah dan kasihan dalam diri Ringeeng, lalu ia  memerintahkan Tempeko Rangaas Iyo dan Tekuyas Rangaas Bulaau untuk mengangkat dan membawa tubuh Monaaq keatas rumah. Monaaq tidak ingat apa-apa, lalu ia dibaringkan diatas tikar dan diberi barutn (selimut dari kulit kayu).
Keesokan harinya, setelah matahari memancarkan sinarnya ke dalam rumah barulah Monaaq bangun dan kaget sambil memperhatikan keadaan sekelilingnya. ‘Dimanakah aku?” bathin Monaaq.
Dalam rumah itu terlihat ada dua orang wanita cantik, tetapi ada satu orang lagi yang hanya terdengar suaranya saja yang memerintahkan kedua perempuan itu untuk segera memasak dan membuatkanan makan untuk Monaaq.
Monaaq jadi penasaran dengan suara itu, karena sepertinya ia telah mengenal suara itu. “Ah..... suara itu persis suara Ringeeng” bathinnya. Suara perempuan semakin sering terdengar untuk memerintahkan kedua perempuan yang adalah Tempeko Rangaas Iyo dan Tekuyas Rangaas Bulaau untuk cepat melayani Monaaq.
Monaaq semakin penasaran dibuatnya, sehingga ia memutuskan untuk tinggal di rumah itu sementara, sampai ia mengetahui siapa sebenarnya pemilik suara itu. Dari hari ke hari Monaaq terus menyelidiki pemilik suara itu, kadang ia berburu dan membawa binatang hasil buruan ke rumah itu yang selalu dimasak kedua perempuan pelayan perempuan yang hanya terdengar suaranya saja. Kedua perempuan itupun selalu melayani Monaaq dengan baik dan ramah.
Berbulan-bulan lamanya Monaaq tinggal di rumah itu, tetapi tetap saja Monaaq tidak dapat melihat wajah pemilik suara yang membuatnya penasaran.
Suatu hari Monaaq pergi berburu dan dapat seekor babi besar, maka terbersitlah ide di benak Monaaq untuk melihat wajah dan tubuh pemilik suara misterius selama ini dengan pura-pura terluka saat menyiangi atau memotong-motong daging babi.
Monaaq segera membawa hasil buruan itu ke rumah, hari menjelang sore Monaaq mulai menyiangi dan memotong-motong daging babi tangkapannya. Monaaq mengambil jantung babi itu lalu ditaruh diujung tangan kirinya.
 Ketika itu hari telah gelap, maka terdengar suara menyuruh kedua perempuan pelayannya untuk segera menyalakan api. “Cepat nyalakan api dan bakar lolokng (terbuat dari damar) untuk menerangi Monaaq yang sedang memotong daging babi hutan,” perintah suara misterius itu.
Namun belum sempat Tempeko Rangaas Iyo dan Tekuyas Rangaas Bulaau menyalakan lolokng, tiba-tiba terdengar suara Monaaq mengaduh dan menjerit, “Aduuuh,…tangan saya luka dan terpotong.”
Lalu terdengar suara itu marah pada kedua pelayannya dan langsung keluar menghampiri serta memegang tangan Monaaq yang terpotong.
Maka terbongkarlah misteri selama ini, ternyata pemilik suara misterius itu adalah Ringeeng kekasihnya yang telah dihidupkan oleh Siluuq.
Ringeeng agak dongkol dengan ulah Monaaq ini, karena telah menipunya, pada kenyataanya bukan tangan yang terpotong tetapi jantung babi hutan.
Lalu Ringeeng berkata, “Kamu ini ada-ada saja, bikin jantungku hampir copot saja.”
Monaaq juga tidak mau kalah berkomentar, “Ah.....itu juga karena ulahmu telah membuat aku penasaran selama berbulan-bulan dan sengsara selama ini, kalau tidak begini aku tidak bisa melihat kamu.”
Maka keduanya langsung berangkulan untuk melepas rindu yang selama ini terpendam oleh kesedihan dan perpisahan yang terjadi. Keduanya juga telah sepakat untuk menjadi suami isteri dan tinggal di Datai Berentiwaaq, di daerah Tiwai – Kalimantan Tengah. (Bersambung)