Lembo (Simpukng Munan)/kebun buah lokal merupakan ciri khas sistem kebun buah penduduk lokal masyarakat Adat Dayak Tonyoi dan Benuaq di Kabupaten Kutai Barat. Dahulu Lembo merupakan salah satu andalan sumber pendapatan masyarakat, namun dengan semakin intensifnya perkembangan perkebunan karet keberadaannya semakin mengkhawatirkan.
Hasil survey memperlihatkan bahwa dari 164 orang responden petani lokal 74% menyatakan tidak memiliki lembo lagi dan sisanya 26% masih memiliki lembo.
Tabel dibawah ini menggambarkan kondisi lembo di kampung sampel penelitian (kampung lokal).
NO | Kampung | Kecamatan | Lembo | ||
Ya | Tidak | ||||
1 | Linggang Mapan | Linggang Bigung | 0 | 23 | |
2 | Gleo Asa | Barong Tongkok | 9 | 10 | |
3 | Juaq Asa | Barong Tongkok | 2 | 12 | |
4 | Mencimai | Barong Tongkok | 2 | 12 | |
5 | Keliwai | Long Iram | 7 | 3 | |
6 | Sekolaq Darat | Sekolaq Darat | 12 | 40 | |
7 | Empas | Melak | 9 | 6 | |
8 | Muara Benangaq | Melak | 1 | 16 | |
| | | 42 | 122 |
Tabel diatas menunjukan bahwa 122 orang responden (74%) dari 164 total petani responden menyatakan tidak memiliki lembo (baik itu lembo warisan atau menanam sendiri), sedangkan 44 responden (26%) menyatakan masih memiliki lembo dan umumnya merupakan warisan.
Dari tabel diatas terlihat bahwa lembo (simpukng) masih banyak dijumpai di Keliwai (70%) responden menyatakan masih memiliki lembo, Empas (60%), Gleo Asa (47%) dan Sekolaq Darat (30%). Seperti telah dijelaskan diatas bahwa di Kampung Keliwai karet belum intensif berkembang sehingga keberadaan lembo belum terancam.
Alasan yang dikemukakan beberapa responden mengapa mereka masih memiliki/ mempertahankan lembo adalah sebagai berikut :
Alasan Masih memiliki/mempertahankan Lembo |
Bila berbuah dikonsumsi sendiri |
Untuk hasil sampingan |
Untuk anak cucu |
lembo milik keluarga besar |
Masih milik bersama |
Merupakan warisan |
Di Kampung Linggang Mapan mayoritas responden (100%) menyatakan tidak mempunyai lembo lagi, Muara Benangaq (94%), Juaq Asa dan Mencimai (86%).
Alasan tidak memiliki/mempertahankan Lembo |
Tidak ada lahan |
Lembo kurang menjanjikan hasilnya |
Lahan semua ditanam karet |
Lembo tidak ada untung |
Lembo ditebang, jadi lahan karet |
Karena bila ada lahan kosong cendrung ditanam karet |
Dari beberapa alasan diatas terlihat bahwa responden yang menyatakan tidak memiliki lembo beralasan karena memang mereka sudah tidak punya lahan, lembo yang ada ditebang untuk dijadikan lahan karet.
Pernyataan yang cukup ekstrim adalah hasil dari lembo “kurang menjanjikan” atau “tidak ada untung”, dari pernyataan ini terlihat bahwa persepsi petani lokal tentang limbo (simpukng-munan) sudah berubah dan lebih melihat dari sisi untung atau rugi, namun disisi lain justeru sangat memprihatinkan karena harus mengorbankan lembo yang merupakan simbol ikatan komunal diantara mereka yang telah diwariskan antar generasi.
Di masa depan bukan tidak mungkin lembo akan menjadi sesuatu yang langka, oleh karena itu menurut hemat kami perlu suatu tindakan bersama oleh Pemkab, DPR dan Lembaga Adat untuk menjaga keberadaan lembo, baik itu melalui Perda yang mengatur tentang Lembo, ataupun sanksi atau denda adat terhadap penebangan lembo.