Minggu, 04 April 2010

Keberadan Lembo Terancam Kepunahan


Lembo (Simpukng Munan)/kebun buah lokal merupakan ciri khas sistem kebun buah penduduk lokal masyarakat Adat Dayak Tonyoi dan Benuaq di Kabupaten Kutai Barat. Dahulu Lembo merupakan salah satu andalan sumber pendapatan masyarakat, namun dengan semakin intensifnya perkembangan perkebunan karet keberadaannya semakin mengkhawatirkan.
Hasil survey memperlihatkan bahwa dari 164 orang responden petani lokal 74% menyatakan tidak memiliki lembo lagi dan sisanya 26% masih memiliki lembo.
Tabel dibawah ini menggambarkan kondisi lembo di kampung sampel penelitian (kampung lokal).
NO
Kampung
Kecamatan
Lembo
Ya
Tidak
1
Linggang Mapan
Linggang Bigung
0
23
2
Gleo Asa
Barong Tongkok
9
10
3
Juaq Asa
Barong Tongkok
2
12
4
Mencimai
Barong Tongkok
2
12
5
Keliwai
Long Iram
7
3
6
Sekolaq Darat
Sekolaq Darat
12
40
7
Empas
Melak
9
6
8
Muara Benangaq
Melak
1
16



42
122

Tabel diatas menunjukan bahwa 122 orang responden (74%) dari 164 total petani responden menyatakan tidak memiliki lembo (baik itu lembo warisan atau menanam sendiri),  sedangkan 44 responden (26%) menyatakan masih memiliki lembo dan umumnya  merupakan warisan.
Dari tabel diatas terlihat bahwa lembo (simpukng) masih banyak dijumpai di Keliwai (70%) responden menyatakan masih memiliki lembo, Empas (60%), Gleo Asa (47%) dan Sekolaq Darat (30%). Seperti telah dijelaskan diatas bahwa di Kampung Keliwai karet belum intensif berkembang sehingga keberadaan lembo belum terancam.
Alasan yang dikemukakan beberapa responden mengapa mereka masih memiliki/ mempertahankan lembo adalah sebagai berikut :
Alasan Masih memiliki/mempertahankan Lembo
Bila berbuah dikonsumsi sendiri
Untuk hasil sampingan
Untuk anak cucu
lembo milik keluarga besar
Masih milik bersama
Merupakan warisan

Di Kampung Linggang Mapan mayoritas responden (100%) menyatakan tidak mempunyai lembo lagi, Muara Benangaq (94%), Juaq Asa dan Mencimai (86%). 
Alasan tidak memiliki/mempertahankan Lembo
Tidak ada lahan
Lembo kurang menjanjikan hasilnya
Lahan semua ditanam karet
Lembo tidak ada untung
Lembo ditebang, jadi lahan karet
Karena bila ada lahan kosong cendrung ditanam karet

Dari beberapa alasan diatas terlihat bahwa responden yang menyatakan tidak memiliki lembo beralasan karena memang mereka sudah tidak punya lahan, lembo yang ada ditebang untuk dijadikan lahan karet.
Pernyataan yang cukup ekstrim adalah hasil dari lembo  “kurang menjanjikan” atau “tidak ada untung”, dari pernyataan ini terlihat bahwa persepsi petani lokal tentang limbo (simpukng-munan) sudah berubah dan lebih melihat dari sisi untung atau rugi, namun disisi lain justeru sangat memprihatinkan karena harus mengorbankan lembo yang merupakan simbol ikatan komunal diantara mereka yang telah diwariskan antar generasi.
Di masa depan bukan tidak mungkin lembo akan menjadi sesuatu yang langka, oleh karena itu menurut hemat kami perlu suatu tindakan bersama oleh Pemkab, DPR dan Lembaga Adat untuk menjaga keberadaan lembo, baik itu melalui Perda yang mengatur tentang Lembo, ataupun sanksi atau denda adat  terhadap penebangan lembo.

 Sumber: Buku Sejarah Perkebunan Karet, CERD-BAPEDA KUTAI BARAT 2007